2022 dan Diriku

Biarkan pengembara pergi kemana hati dan kaki membawanya

seorang pengembara

Terhitung tepat dua bulan lagi 2022 akan pergi meninggalkanku untuk melanjutkan pengembaraan nya. Sudah hampir satu tahun lamanya 2022 telah menemani keseharian ku, baik suka maupun duka. Aku masih teringat dengan jelas bagaimana sosok 2022 yang datang ke dalam hidupku mengenakan masker kain. Dia berdalih bahwa saat itu masker medis masih sulit dicari, sehingga ia memilih memakai masker kain sendiri. 

Aku tersenyum mengingat momen pertemuan pertama kami. 2022, sosok biasa yang datang sebagai seorang musafir yang selalu bepergian dari waktu ke waktu layaknya pengembara tanpa suaka. Dia yang secara sengaja datang kemari demi beristirahat sejenak, lelah akan pengembaraan yang tanpa henti. 

Kini, 2022 masih berada di sisiku. Aku memandangnya, tersenyum dan gemas melihatnya duduk tepat di samping ku. 

“Kamu sungguh akan pergi?” 

“Ya, aku harus pergi,” balasnya singkat. 

Aku tersenyum mendengar jawabannya. Hubungan ini memang hanya sementara dan Aku tidak memiliki hak untuk memaksanya menetap di sini, karena dia adalah seorang pengembara. Biarkan pengembara pergi kemana hati dan kaki membawanya, karena suatu saat akan ada waktunya dimana 2022 akan menemukan tempat kembalinya. 

Tiba – tiba 2022 menatapku, tatapannya sedikit intens dan itu membuatku gugup. 

“Ke-kenapa?” tanyaku terbata.

“Aku ingin tanya satu hal.”

“Semenjak Aku datang dihidupmu, apa yang kamu dapatkan?” tanyanya dengan serius.

Aku sedikit tercengang mendengarnya. Aku menghela napas panjang, berusaha menata ulang pikiranku. 

“Yah… Setidaknya sedikit lebih baik daripada Aku bersama 2021,” balasku.

Aku ingat dengan jelas ketika Aku bersama 2021 dan sekarang bersama 2022. Setidaknya diriku dengan 2022 sedikit lebih baik. 

“Tsk.”

Aku menjadi kesal ketika mengingat waktuku bersama dua orang sebelumnya. Sosok yang picik, egois, dan menyusahkan banyak orang. Semua orang kesal dengannya karena keberadaan mereka berdua membuat kami semua seperti hidup terkurung. 

“Bersamamu, Aku berhasil bangkit untuk menghadapi dinding terbesar yang menghalangiku,” ucapku sembari menatap 2022. Wajahnya terlihat terkejut dan dengan cepat memalingkan wajahnya dariku. Kulirik dari samping, telinganya sedikit memerah. Imut, kata yang mendeskripsikan kondisinya saat ini. 

Sesaat kemudian 2022 berdiri dan menatapku. 

“Dua bulan lagi Aku akan pergi.”

“Iya, Aku tahu.”

Wajah biasanya itu menghela nafas. 

“Apa rencanamu saat kamu bertemu sosok setelah diriku?” tanya nya. 

“Jangan mengecewakanku,” tegasnya sekali lagi. 

Aku bangkit dari duduk dan berdiri tepat di depannya. Jarak kami cukup dekat, Aku pikir dia tinggi, tapi dari dekat dia sangat tinggi. 

“Aku…”

“Aku ingin meraih mimpiku, berhasil mengikuti target menulis harianku, dan… bekerja di startup atau perusahaan baik, tentunya…. dengan gaji yang lebih baik,” ucapku malu – malu.

“Apa aku bisa?”

2022 yang melihatku dengan tersenyum, tangan hangatnya meraihku dan mengusap puncak kepalaku. 

“Aku tidak tahu, karena saat itu kamu sudah bersama dengan yang lain.”

“Karena itu hidupmu, maka kamu yang tahu dengan pasti akan hal itu.”

“Yang Aku tahu adalah, 2023 mungkin tidak akan lebih baik dariku. Maka bersiaplah,” tegasnya. 

Aku hanya diam mendengar jawabannya. Ya, apa yang 2022 adalah benar, Aku tidak seharusnya menanyakan pertanyaan bodoh itu. Tapi, entah kenapa jawaban dari nya memberikan kehangatan dan ketenangan dalam hatiku. 

Aku menatap kedua iris biru yang terlihat sangat bahagia itu. Ekspresinya dingin, namun entah kenapa terasa hangat seperti warna senja sore yang berada di belakangnya. Mungkin kita tidak akan bertemu kembali di masa depan, tapi masih ada sisa waktu sekarang sebelum engkau pergi. 

Entah apa yang merasuki diriku, Aku memeluk pinggangnya erat – erat. 2022 terlihat sangat terkejut, namun dia membalas pelukanku.

Ya, kita masih ada waktu. Setidaknya sebelum 2023 datang menggantikan sosokmu.

Aku ingin menghabiskan waktuku bersama 2022 dengan lebih bermakna dari yang pernah ada.

Aku akan merindukanmu 2022. 

Leave a comment